Sabtu, 29 September 2012

MISTERI SEMESTA - 4

MELUKIS AWAN ( 4 )


...Samar samar dikejauhan dia melihat sebuah mobil berjalan kearahnya, Purna lalu melambaikan tangannya, tapi tiba-tiba dia merasa tubuhnya sangat lemah, kepalanya terasa sangat pusing, matanya berkunang-kunang...



“ Allohu Akbar...!!!”,
itulah kata-kata yang sempat terucap dari mulut Purna, hingga dia menyadari kalau dia sudah di pinggir sungai dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan. Rupanya Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup.

Purna yang mulai mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya juga majikannya sejenak menarik nafas panjang.
“ Terimakasih Tuhan, Kau telah menyelamatkan nyawaku... Allohu Akbar...Allohu Akbar...Allohu Akbar...”, Purna terus saja bertakbir karena merasa telah selamat dari maut yang hampir saja merenggut nyawanya.

Hari mulai terang, Purnapun mulai bisa melihat keadaan disekelilingnya dengan jelas. Rupanya dia berada didasar sebuah jurang yang dalam, mungkin sekitar tigapuluh meter tinggi tebing yang telah menjatuhkan tubuhnya hingga dia tidak sadarkan diri.
Purna mendongak keatas, tapi dia merasa yakin kalau dia bisa naik keatas karena memang jurang itu tidak begitu curam dan banyak pohon-pohon kecil tumbuh dipinggir-pinggir jurang yang bisa dia jadikan pegangan untuk naik sampai kejalan raya lagi.

Beberapa saat setelah berpikir cara dia supaya bisa naik keatas, wajah Purna tiba-tiba menjadi pucat, dia teringat nasib majikannya pada malam itu bersamanya.
“ Pak Hadi......, bagaimana keadaan dia dan dimana dia sekarang....”.
Purna kemudian berusaha mencari disekitar tempatnya jatuh, tapi setelah beberapa lama dia mencari dan tidak dapat menemukan majikannya, Purnapun memutuskan untuk naik keatas jurang dengan sisa-sisa tenaganya. Dia menjadikan tanaman-tanaman kecil yang ada didinding jurang sebagai pegangan, sementara kakinya berpijak pada batu-batu yang licin karena basah oleh aliran air dari atas jurang, beberapa kali dia terpeleset dari tempatnya berpijak, tapi Purna tidak putus asa, dia terus memanjat didnding jurang itu.

Didalam hati dia ingin segera menemukan majikannya, pulang kerumah dan bertemu keluarganya.
Mungkin hanya itulah yang membuat dia menjadi kuat saat ini. Purna dengan perlahan namun pasti terus memanjat dinding jurang itu. Setelah hampir setengah jam dia berusaha, akhirnya dia sampai juga dipinggir jurang dimana pada malam itu dia dan majikannya mengalami kejadian yang menakutkan itu.

Namun Purna tidak melihat siapapun disana, mobil atau majikannya juga tidak terlihat sama sekali.
“ Ya Alloh dimana pak Hadi...”, dalam hati Purna berkata.
“ Semoga saja beliau juga selamat.....”.
Lalu sambil berusaha merapikan bajunya purnapun berjalan tertatih tatih menuju pinggir jalan, sejenak dia menoleh kesekilingnya dan tetap saja tidak ada orang disekitarnya.
Lalu samar samar dikejauhan dia melihat sebuah mobil berjalan kearahnya, Purna lalu melambaikan tangannya, tapi tiba-tiba dia merasa tubuhnya sangat lemah, kepalanya terasa sangat pusing, matanya berkunang-kunang, lalu diapun tidak sadarkan diri.

......
“ Yaaah.....Ayaaah.....”
“ Mas Pur....... bangun mass.....”
“ Ayaaahhhh....., Affa kangen ayah.... bangun yah...”
Sayup sayup purna mendengar suara orang memanggilnya, suara yang sangat akrab ditelinganya, dia juga merasa tubuhnya seperti ada yang memeluknya dengan lembut.
Dengan pelahan Purna berusaha membuka matanya, dia melihat dua orang buah hatinya, anak yang dia sayangi dan istri yang selalu ia rindukan tersenyum memandanginya, air mata mereka tak kuasa tertumpahkan menahan keharuan saat itu. Purna lalu bangkit dari tidurnya yang langsung disambut oleh pelukan anak dan istrinya.
“ Affa...”, “ dik Kriss...”,
Mereka bertiga berpelukan sangat erat seolah tidak mau ditinggal kan satu sama lain. Mereka sama sekali tidak menghiraukan kondisi disekelilingnya.

“ Dimana ini...?” Purna bertanya lirih.
“ Ini dirumah sakit yah...”, Kristin menjawab dengan lembut seraya membelai rambut suaminya.
“ Ohh.....”, Purnapun lalu melihat di sekelilingnya, disana sudah ada beberapa orang yang menunggu dan melihatnya dengan mata berkaca-kaca karena ikut terbawa keharuan pertemuan suami istri dan anak tersebut.


“ Siapa mereka dik Kris..??”, Purna bertanya lirih..
“ Dia pak Anton dan keluarganya mas Pur, Mereka yang menemukan mas Pur pingsan dipinggir jalan..”.
“ Terima kasih pak....”, Purna menyapa mereka,
“ Iya, sama-sama....”, balas pak Anton yang kemudian berjalan kearah Purna dan menjabat tangan Purna sembari menepuk pundaknya.
“ Sebenarnya apa yang ayah alami hingga seperti ini..?”, Tanya Kristin
“ Panjang ceritanya dik Kriss…”.
Lalu Purnapun mulai menceritakan kejadia mengerikan yang menimpa diri dan majikannya.

Semua yang ada diruangan itu hanya bias diam membisu seolah merasakan ketakutan seperti yang dialami Purna.
Sesekali Kristin membelai lengan suaminya karena ikut terbawa kengerian peristiwa malam itu.
Air mata mereka tak bias terbendung mendengar penuturan Purna, suasana haru menyelimuti ruangan itu. Mereka semua merasa besyukur karena masih diberi kesempatan untuk berkumpul dengan orang-orang terkasih mereka.

Hampir satu minggu Purna dirawat dirumah sakit, dia ditemani oleh anak dan istrinya yang setia, hatinya merasa bahagia bisa bersama lagi dengan keluarganya.

Besok paginya Purna sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, setelah mengemasi barang-barangnya merekapun pulang meninggalkan rumah sakit ditemani oleh pak Anton dan keluarganya.
Diperjalan Purna hanya terdiam dan sesekali bercengkrama dengan anak dan istrinya.

Setelah hampir satu jam diperjalan mobil mereka berhenti didepan sebuah rumah yang sangat asri, sebuah rumah dengan taman indah dan sebuah rumah pohon disudut kanan taman.

Begitu turun dari mobil Purna langsung mengenali rumah itu, rumah yang telah ia tinggalkan hampir satu tahun lamanya.
Sambil bergandengan tangan keluarga kecil itu segera memasuki halaman rumah yang selama ini menjadi istana mereka bertiga.

Singkat cerita keesokan paginya Purna, Kristin dan Affa duduk duduk diatas rumah pohon mereka sambil menikmati indahnya matahari terbit, hangat mentari menambah bahagia ketiganya.
Affa lalu menjulurkan tangannya yang mungil kearah matahari terbit.
“ Affa lagi apa dik....?”’ tanya Purna pada putrinya
“ Affa lagi menyelesaikan lukisan awan affa yah....”
“ emang Affa sedang melukis apa?”
“ Affa melukis kita diawan itu yah...”
Karena merasa penasaran sambil memeluk putrinya, Kristin dan Purna melihat kearah indahnya matahari terbit, dan benar sebuah pemandangan indah terpampang dihadapan mereka, gumpalan awan putih seolah olah membentuk mereka bertiga yang seakan sedang berpelukan.

Ketiganya sangat bahagia, tertawa bersenda gurau dan menghabiskan waktu seharian dirumah pohon mereka.

Tak terasa matahari mulai tenggelam, Purna mengajak anak dan istrinya turun dan mulai melangkah kerumah sambil tetap tidak melepaskan gandeng tangan mereka.

Akan tetapi baru tiga langkah mereka meninggalkan rumah pohon itu, Purna seperti mendengar dirinya disapa oleh seseorang dari arah rumah pohon.
“ Purnaaa.....”
Suara itu begitu dia kenal, suara orang yang selalu dia temani dalam setiap kegiatan bisnisnya.
Suara orang yang terakhir kali bersama dia saat kejadian mengerikan itu menimpa mereka.
Suara itu sangat lirih, seperti orang merintih...
“ Pak Hadi.......???” jawab Purna dalam hati.