Tampilkan postingan dengan label CERITA SEMESTA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CERITA SEMESTA. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 April 2024

INI DIA JENIS PETASAN LEGENDARIS TEMPOE DOELOE



Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan ya sahabat semesta, sebentar lagi kita akan merayakan kemenangan di akhir bulan suci ini.

Tidak terasa juga hari demi hari dibulan Ramadhan kita lalui dengan berbagai kegiatan khas puasa, mulai dari ibadah puasa itu sendiri, ritual klotekan saur , ngabuburit atau berburu takjil, Buka Bersama, Sholat Tarawih hingga hal hal kecil yang selalu menyertai dan muncul tiap kali datangnya bullan Ramadhan serta saat menyambut Idul Fitri.

Nah kali ini Mimin sengaja akan berbagi kenangan masa kecil utamanya sebuah ritual atau kebiasaan yang selalu muncul saat bulan Ramadhan yang mungkin saat ini sudah mulai memudar atau bahkan tidak ada lagi. Ritual ini dinamakan Nyumet Mercon atau dalam bahasa Indonesia kita sebut sebagai Menyalakan Petasan.

Buat sahabat semesta yang memiliki tahun kelahiran 70 an hingga tahun 90 an, atau yang lebih kita kenal sebagai Generasi X dan Generasi Milenium pasti ingat banget dengan kegiatan Nyumet Mercon ya.

Nah yang perlu sahabat semesta ketahui ada 5 jenis petasan yang sangat fenomenal dan legendaris pada saat itu, apa saja sih jenis mercon tersebut, ini dia bocorannya:

1. Mercon Impling/Rawit

Ini adalah jenis mercon yang memiliki bentuk yang umum, yang terbuat dari gulungan kertas dan
biasanya ukurannya hanya sebesar sedotan dengan diameter 0.5 cm dan panjang sekitar 3 sampai 4 cm, tetapi ketika dinyalakan menimbulkan suara yang cukup keras, dan inilah kenapa sering disebut kecil kecil cabe rawit.



2. Mercon Bantingan

Untuk yang satu ini memiliki bentuk yang unik yaitu bulat seperti kelereng dengan diameter kurang

lebih 2 cm, sedangkan untuk membunyikannya cukup mudah yaitu hanya dengan membantingkannya ke arah permukaan yang keras seperti di aspal maupun teras, dan karena cara membunyikannya yang mudah sehingga banyak disukai oleh anak anak baik laki laki maupun perempuan. Mercon jenis inipun tidak begitu berbahaya karena hanya menimbulkan letupan kecil dan biasanya malah dipakai sebagai media perang perangan oleh anak anak.


3. Mercon Lontar.

Kalau jenis yang ini disebut juga mercon rakitan karena bahan yang dipakai memanfaatkan busi bekas yang dihilangkan bagian keramik dan besi pematiknya, sedangkan bagian ujung yang lancip dipasang tali rafia yang sengaja dibuat serabut dengan tujuan ketika mercon tersebut dilontar keatas bisa jatuh vertikal kebawah. 
Bahan bakarnya pun bukan Bubuk mesiu tetapi memanfaatkan kepala korek api yang digerus dan juga kertas korek api sebagai penutup, baru kemudian ujung busi ditutup dengan baut. semakin tinggi mercon dilontarkan keatas semakin keras bunyi yang dihasilkan, namun mercon jenis ini perlu nyali besar untuk melemparnya karena jangan sampai waktu turun malah jatuh ke si pelempar.

4. Mercon Pendem.

Nah kalau yang ini adalah jenis yang paling unik dan kreatif karena cara membuatnya asli dari bahan alam yaitu tanah liat. Pertama kita keruk tanah seukuran 40 x 50 cm sedalam 10 cm, lalu kita tata batu atau batu bata di pinggiran kerukan tanah, kita bentuk tertutup seperti goa goa an, lalu tumpukan batu tersebut kita balut dengan tanah liat sampai rata jangan lupa pada bagian pangkal kita lubangi untuk nantinya untuk tempat menyulut api. setelah mengering dan keras baru bisa mercon Pendem siap dipakai, untuk bahan bakarnya yaitu karbit yang ditaruh didalam tutup botol lalu kita beri air dan diletakkan tepat dibawah lubang penyulut, kita tunggu beberapa saat hingga gasnya cukup dan setelah itu Sulut dengan api, bunyinya sangat keras dan memekakkan telinga. Tapi harus hati hati ya sobat karena terkadang mercon Pendem ini jika konstruksinya kurang kuat dia bisa hancur meledak dan inilah letak bahaya disamping keseruannya, hehehe...

5. Mercon Bumbung.

Sebagai penutup dari semua jenis mercon diatas inilah yang paling legendaris, paling menggelegar dan paling seru karena mercon ini megadopsi wujud sebuah meriam. Biasanya bahan yang digunakan

adalah sebatang pohon bambu petung yang dipotong sekitar 1 sampai 1.5 m, lalu pada bagian Ros nya kita hilangkan dan kita sisakan Ros terakhis sebagai penutup, jangan lupa diberi lubang sulutan dekat Ros  pangkalnya. Secara teknis sistem kerjanya sama dengan mercon pendem. Disaat bumbung siap disulut akan menghasilkan bunyi yang sangat keras dan menggelegar seperti bunyi meriam. 
Lebih seru lagi ketika mercon bumbung ini dipakai anak anak maupun dewasa pada saat itu untuk bermain perang orangan dengan tetangga desa, yah saling menghadapkan meriam rakitan mereka, tapi tentu saja hanya perang suara.

Nah itulah tadi beberapa jenis mercon yang sangat populer pada waktu itu yang masih begitu melekat diingatan kita para gen X dan Gen Milenial pertengahan.
Menurut sahabat semesta Jenis mana yang paling sahabat sukai atau malah ada jenis lain di daerah sahabat ..?

Indonesia Tempoe doeloe keren juga Yach....!!


Jumat, 23 Februari 2024

SUSUK MERAH DELIMA


 
Asal usul Susuk merah Delima.

Butir butir embun masih malas berjatuhan didedaunan dari sebuah pohon bambu kuning disamping pondok yang mulai reot dipinggir sungai yang mengering. dinding dinding kayu jati yang sangat tua  dan keropos , dua buah tiang pilar penyangga atap teras yang kokoh berdiri namun sudah tidak tampak atap disana, di kanan kirinya pondok masih terlihat sisa sisa bangunan yg kini hanya tersisa tembok kayu yg mulai ditumbuhi belukar menandakan bahwa pondok ini dulu pernah begitu megah berdiri.

 
Pemandangan serupa terlihat disekitar pondok, sudah tidak ada lagi bangunan yang utuh berdiri, semuanya hampir rata dengan tanah, disana sini penuh dengan abu dan bekas kayu rumah yang hangus terbakar, sungguh pemandangan yang semakin mendirikan bulu kuduk siapapun yg melewatinya. 

Dinginnya malam semakin menusuk dan semakin merenggut gelapnya malam purnama penuh saat itu.
Malam yang begitu hening tidak terdengar suara binatang malam satupun seolah olah mereka ketakutan dan bersembunyi dari sesuatu entah apa yang akan terjadi malam itu, daun daun seolah membeku,tidak ada tiupan angin, tidak ada kunang kunang penghias malam seperti hari hari biasanya.

 
Sementara dibalik pintu pondok yang tertutup rapat terdengar tangisan lirih nan pilu dari seorang wanita. suaranya begitu menyayat hati, air mata menetes deras dari kelopak mata yang terpejam ke pipinya yang putih bersih seakan menahan sebuah beban rasa yang sangat dalam dan berat. Sesekali terdengar ucapan lirih dari bibirnya yang merah merekah, "Maafkan aku, maafkan semuanya...", sambil terus menangis tiada henti.
Jauh didalam lubuk hati dan fikiranya yang paling dalam tergambar sepak terjangnya ketika masih muda dan belia. Begitu jelas diingatannya tiga puluh tahun yang lalu, seorang gadis desa yang lugu akan tetapi sudah tidak memiliki ayah dan ibu, sejak kecil dia sudah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya karena sakit yang diderita mereka. Akhirnya sigadis kecil itu harus berusaha bertahan hidup dengan segala daya upayanya, tidak ada sanak saudara yang dekat saat itu, karena memang dia dari keluarga miskin yang entah kenapa mereka hidup jauh dari pemukiman penduduk.
Sang gadis cilikpun terus berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya dari makanan yang bisa dia cari di hutan di sekitar pondoknya. Baju yang dia pakaipun hanya bekas dari kedua orang tuanya yang telah meninggal dan bahkan dia sendiri yang menguburkan mereka.
Gadis kecil yang malang namun sangat tegar, untuk bertahan hidup dari cuaca , sigadis memilih untuk tinggal didalam gua kecil yang ada disamping pondoknya yang juga sudah runtuh. Disana dia tidur, makan, dan semua kegiatannya ia lakukan sendirian.
Pada suatu malam ketika dia sedang tidur nyenyak dia dibangunkan oleh seorang nenek yang langsung menjulurkan tangannya seraya ingin memberikan sesuatu kepadanya, sambal berkata, “ini adalah jodoh cincinmu”.. Sang gadis kebingungan namun dia tidak bisa menolak pemberian sang nenek, diterimanya benda kecil seperti jarum berwarna merah menyala itu tanpa ragu, dan saat itu juga sang nenek langsung menghilang.
Sigadis sangat terkejut, dia terhenyak dalam ketakutannya, seketika dia berteriak memanggil ibunya, “Ibuuuu…..!!, nafasnya terengah engah, namun dia baru sadar bahwa apa yang dia alami tadi hanyalah mimpi. “Syukurlah tadi hanyalah mimpi…”, gumamnya dalam hati. Diapun duduk dilantai goa yang hangat. Sejenak dia terus mengingat ingat apa gerangan mimpinya tadi, apa maksud ucapan si nenek tadi. Namun betapa kagetnya si gadis ketika dia merasakan ada sebuah benda kecil di genggamannya. Dilihatnya genggaman tangannya sebuah jarim berwarna merah menyala, dipandanginya jarum itu… sambil didekatkan kematanya supaya lebih dekat. “Buat apa gerangan jarum ini…?”, Dia semakin mendekatkan jarum itu ke matanya, namu tiba tiba jarum itu seperti terbang meluncur mengarah ke keningnya dan langsung masuk kedalam kulit keningnya, “Aduh..!”, jeritnya kencang namun hanya sebentar  rasa sakit itu sudah hilang kembali.
“Aduh, kenapa ini, kemana tadi jarum itu hilangnya..?”, dia terus mengusap usap keningnya tetapi sama sekali tidak ada bekas luka ataupun goresan sedikitpun.
“Apa mungkin benda tadi hanya angan anganku saja…”, dalam hati dia bertanya Tanya, “Ah sudahlah, yang penting sekarang aku sudah tidak merasakan apapun”. Gumamnya lagi

 
Perempuan itu duduk bersila di atas ranjang dan beralaskan kain merah. rambutnya yang tergerai halus dan lembut panjang menjuntai hampir menyentuh permukaan ranjang. tubuhnya semampai dan terlihat sangat menawan,  telapak tangannya bersedekap di depan dada, telapak tangan kanannya yang putih bersih tampak menutup telapak tangan sebelah kiri, seperti sedang melakukan sebuah ritual. beberapa saat kemudian tubuhnya bergetar hebat, bibirnya seperti merapal mantra, dan beberapa saat kemudian terlihat keningnya yang semula putih bersih kini terlihat ada sinar berwarna merah yang memancar dari tengah tengah keningnya, cahaya itu semakin lama semakin terang.
Masih begitu jelas tergambar diingatkannya betapa dirinya telah membuat para saudagar bertaruh harta untuk meminangnya, para jenaka bertaruh nyawa saling bunuh untuk mendapatkan cintanya, derita para istri yang teraniaya oleh suaminya karena pesonanya, hingga ada yang rela meninggalkan rumah hanya untuk dirinya,  ada istri yang meninggal karena ulahnya, perseteruan antar dua desa hingga saling membumi hanguskan keduanya. Semua terjadi karena susuk merah yang telah merubahnya menjadi jelita. Dendam, amarah, fitnah, semua tertuju padanya pada waktu itu.

 
Sejenak suara rintihannya semakin lirih dan tangannya kini mulai bergerak kearah keningnya seolah mau mengambil sesuatu dari wajahnya. Dan saat tubuhnya mengejang menahan sakit dibagian wajahnya sang perempuan segera menggenggam benda kecil seperti jarum merah menyala yang keluar dari keningnya dan langsung menaruh pada kain hitam bertulis rajah yang ada di pangkuannya dan dengan cepat dibungkusnya benda tadi lalu dimasukkan kedalam kotak Kuningan kecil. Bersamaan selesainya ritual itu, kini tubuh perempuan yang semula terlihat segar, bugar dan cantik berangsur angsur menjadi menua. Dia yang sebelumnya terlihat masih berusia belia kini berubah menjadi seorang wanita yang mulai renta, tampak kerut pipi dan wajahnya seakan berbanding terbalik dengan kondisi sebelumnya kulit tubuhnya yang putih bersih dan kencang kini mulai terlihat tampak keriput. namun dibalik semua itu kini wajahnya menampakkan perasaan lega, senyum bahagia tampak menghias seolah ada sebuah beban berat yang sudah bisa dia lepas dan selesaikan. 

Bersamaan dengan itu diluar pondok yang semula terasa hening kini berangsur angsur udara terasa segar kembali, angin sepoi sepoi bertiup membawa pesan kedamaian keseluruh lembah, butiran embun mulai menetes melepas kebekuannya, binatang binatang malam seakan bergembira bersaut sautan seolah ingin memiliki malam itu untuk selamanya. Sedangkan sang perempuan merebahkan diri di ranjang dengan tentramnya. 

Bersambung ....

Rabu, 22 November 2023

CERITA ANAK PANTAI

 


          Dering alarm menunjukkan pukul 02.00 WIB, dinginnya pagi masih terasa merasuk ubun ubun membuat mata seolah tidak mau untuk diajak bangun, tapi rencana menghabiskan liburan hari ini membuat kita harus bergegas menyiapkan segala sesuatunya. Sementara aku harus berusaha membangunkan si kecil dan kakaknya yang masih bermalas malasan diranjang sedangkan sang bunda sudah mulai menyiapkan semua bekal yang akan kita bawa nanti sepanjang perjalanan.

          Hari itu Minggu yang meski diguyur hujan rintik tapi terasa cerah di hati kami karena memang acara kita sudah tidak bisa ditawar lagi. Tepat pukul 04.30 sehabis subuh berangkatlah kita menyusuri jalan yang masih sepi dan basah karena rintik hujan yang terlihat malas untuk reda.

          Seperti biasanya tiap kali diajak rekreasi pasti sikecil yang paling semangat, duduk di deret kursi belang si Ame, sepanjang jalan seolah tidak pernah sepi oleh ocehan dan tawa riang keduanya, alunan music yang mengalun sepanjang jalan semakin membuat syahdu perjalanan itu.

          Hampir 1,5 jam menyusuri aspal perkotaan, tidak terasa sudah dua kota terlewati, Kediri dan Tulungagung, tapi hujan masih juga membuat basah jalan kami. Ketika melewati sebuah kelokan jalan yang mulai terlihat mulus dan baru, suasana pegunungan mulai terasa menentramkan.

Jalur Lintas Selatan atau JLS begitu orang orang menyebutnya, jalanan berkelok diantara tebing tebing bukit dan karang gunung yang dipahat membuat rasa ingin berlama lama untuk melewatinya.

Setiba ditujuan kami langsung menngelar sarapan diatas tikar diantara unit unit mobil Tua kita yang penuh cerita. Sederhana namun bahagia.

Pantai Gemah disini gulir laju ban mobil kita terhenti, diantara teduh pohon cemara dan siraman cahaya surya yang masih malu malu menampakan dirinya.

Hampir setengah hari kita menyusuri bibir  pantai, bercanda dengan asinnya air laut, serta barisan karang dan lembutnya pasir di pagi itu. Tiada kata yang pantas terucap, tiada kalimat yang bisa menggambarkan kecuali terciptanya sebuah puisi pujian atas ciptaan yang Maha Kuasa .

Dibibir pantai berpasir gelap
Cerita dimulai meski waktu masih asyik untuk terlelap
Debur ombak beriak seakan hendak menerkam ceria si anak pantai
Langit biru dan semburat surya seolah menjadi saksi cerahnya hati
Kaki mungil menapak tinggalkan jejak
Barisan hijau pinus mengombak ciptakan sajak.
Tuhan, meski waktu singkat terlewati
Disinilah kutahu arti syukur pada Illahi.

Sabtu, 29 September 2012

MISTERI SEMESTA - 4

MELUKIS AWAN ( 4 )


...Samar samar dikejauhan dia melihat sebuah mobil berjalan kearahnya, Purna lalu melambaikan tangannya, tapi tiba-tiba dia merasa tubuhnya sangat lemah, kepalanya terasa sangat pusing, matanya berkunang-kunang...



“ Allohu Akbar...!!!”,
itulah kata-kata yang sempat terucap dari mulut Purna, hingga dia menyadari kalau dia sudah di pinggir sungai dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan. Rupanya Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup.

Purna yang mulai mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya juga majikannya sejenak menarik nafas panjang.
“ Terimakasih Tuhan, Kau telah menyelamatkan nyawaku... Allohu Akbar...Allohu Akbar...Allohu Akbar...”, Purna terus saja bertakbir karena merasa telah selamat dari maut yang hampir saja merenggut nyawanya.

Hari mulai terang, Purnapun mulai bisa melihat keadaan disekelilingnya dengan jelas. Rupanya dia berada didasar sebuah jurang yang dalam, mungkin sekitar tigapuluh meter tinggi tebing yang telah menjatuhkan tubuhnya hingga dia tidak sadarkan diri.
Purna mendongak keatas, tapi dia merasa yakin kalau dia bisa naik keatas karena memang jurang itu tidak begitu curam dan banyak pohon-pohon kecil tumbuh dipinggir-pinggir jurang yang bisa dia jadikan pegangan untuk naik sampai kejalan raya lagi.

Beberapa saat setelah berpikir cara dia supaya bisa naik keatas, wajah Purna tiba-tiba menjadi pucat, dia teringat nasib majikannya pada malam itu bersamanya.
“ Pak Hadi......, bagaimana keadaan dia dan dimana dia sekarang....”.
Purna kemudian berusaha mencari disekitar tempatnya jatuh, tapi setelah beberapa lama dia mencari dan tidak dapat menemukan majikannya, Purnapun memutuskan untuk naik keatas jurang dengan sisa-sisa tenaganya. Dia menjadikan tanaman-tanaman kecil yang ada didinding jurang sebagai pegangan, sementara kakinya berpijak pada batu-batu yang licin karena basah oleh aliran air dari atas jurang, beberapa kali dia terpeleset dari tempatnya berpijak, tapi Purna tidak putus asa, dia terus memanjat didnding jurang itu.

Didalam hati dia ingin segera menemukan majikannya, pulang kerumah dan bertemu keluarganya.
Mungkin hanya itulah yang membuat dia menjadi kuat saat ini. Purna dengan perlahan namun pasti terus memanjat dinding jurang itu. Setelah hampir setengah jam dia berusaha, akhirnya dia sampai juga dipinggir jurang dimana pada malam itu dia dan majikannya mengalami kejadian yang menakutkan itu.

Namun Purna tidak melihat siapapun disana, mobil atau majikannya juga tidak terlihat sama sekali.
“ Ya Alloh dimana pak Hadi...”, dalam hati Purna berkata.
“ Semoga saja beliau juga selamat.....”.
Lalu sambil berusaha merapikan bajunya purnapun berjalan tertatih tatih menuju pinggir jalan, sejenak dia menoleh kesekilingnya dan tetap saja tidak ada orang disekitarnya.
Lalu samar samar dikejauhan dia melihat sebuah mobil berjalan kearahnya, Purna lalu melambaikan tangannya, tapi tiba-tiba dia merasa tubuhnya sangat lemah, kepalanya terasa sangat pusing, matanya berkunang-kunang, lalu diapun tidak sadarkan diri.

......
“ Yaaah.....Ayaaah.....”
“ Mas Pur....... bangun mass.....”
“ Ayaaahhhh....., Affa kangen ayah.... bangun yah...”
Sayup sayup purna mendengar suara orang memanggilnya, suara yang sangat akrab ditelinganya, dia juga merasa tubuhnya seperti ada yang memeluknya dengan lembut.
Dengan pelahan Purna berusaha membuka matanya, dia melihat dua orang buah hatinya, anak yang dia sayangi dan istri yang selalu ia rindukan tersenyum memandanginya, air mata mereka tak kuasa tertumpahkan menahan keharuan saat itu. Purna lalu bangkit dari tidurnya yang langsung disambut oleh pelukan anak dan istrinya.
“ Affa...”, “ dik Kriss...”,
Mereka bertiga berpelukan sangat erat seolah tidak mau ditinggal kan satu sama lain. Mereka sama sekali tidak menghiraukan kondisi disekelilingnya.

“ Dimana ini...?” Purna bertanya lirih.
“ Ini dirumah sakit yah...”, Kristin menjawab dengan lembut seraya membelai rambut suaminya.
“ Ohh.....”, Purnapun lalu melihat di sekelilingnya, disana sudah ada beberapa orang yang menunggu dan melihatnya dengan mata berkaca-kaca karena ikut terbawa keharuan pertemuan suami istri dan anak tersebut.


“ Siapa mereka dik Kris..??”, Purna bertanya lirih..
“ Dia pak Anton dan keluarganya mas Pur, Mereka yang menemukan mas Pur pingsan dipinggir jalan..”.
“ Terima kasih pak....”, Purna menyapa mereka,
“ Iya, sama-sama....”, balas pak Anton yang kemudian berjalan kearah Purna dan menjabat tangan Purna sembari menepuk pundaknya.
“ Sebenarnya apa yang ayah alami hingga seperti ini..?”, Tanya Kristin
“ Panjang ceritanya dik Kriss…”.
Lalu Purnapun mulai menceritakan kejadia mengerikan yang menimpa diri dan majikannya.

Semua yang ada diruangan itu hanya bias diam membisu seolah merasakan ketakutan seperti yang dialami Purna.
Sesekali Kristin membelai lengan suaminya karena ikut terbawa kengerian peristiwa malam itu.
Air mata mereka tak bias terbendung mendengar penuturan Purna, suasana haru menyelimuti ruangan itu. Mereka semua merasa besyukur karena masih diberi kesempatan untuk berkumpul dengan orang-orang terkasih mereka.

Hampir satu minggu Purna dirawat dirumah sakit, dia ditemani oleh anak dan istrinya yang setia, hatinya merasa bahagia bisa bersama lagi dengan keluarganya.

Besok paginya Purna sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, setelah mengemasi barang-barangnya merekapun pulang meninggalkan rumah sakit ditemani oleh pak Anton dan keluarganya.
Diperjalan Purna hanya terdiam dan sesekali bercengkrama dengan anak dan istrinya.

Setelah hampir satu jam diperjalan mobil mereka berhenti didepan sebuah rumah yang sangat asri, sebuah rumah dengan taman indah dan sebuah rumah pohon disudut kanan taman.

Begitu turun dari mobil Purna langsung mengenali rumah itu, rumah yang telah ia tinggalkan hampir satu tahun lamanya.
Sambil bergandengan tangan keluarga kecil itu segera memasuki halaman rumah yang selama ini menjadi istana mereka bertiga.

Singkat cerita keesokan paginya Purna, Kristin dan Affa duduk duduk diatas rumah pohon mereka sambil menikmati indahnya matahari terbit, hangat mentari menambah bahagia ketiganya.
Affa lalu menjulurkan tangannya yang mungil kearah matahari terbit.
“ Affa lagi apa dik....?”’ tanya Purna pada putrinya
“ Affa lagi menyelesaikan lukisan awan affa yah....”
“ emang Affa sedang melukis apa?”
“ Affa melukis kita diawan itu yah...”
Karena merasa penasaran sambil memeluk putrinya, Kristin dan Purna melihat kearah indahnya matahari terbit, dan benar sebuah pemandangan indah terpampang dihadapan mereka, gumpalan awan putih seolah olah membentuk mereka bertiga yang seakan sedang berpelukan.

Ketiganya sangat bahagia, tertawa bersenda gurau dan menghabiskan waktu seharian dirumah pohon mereka.

Tak terasa matahari mulai tenggelam, Purna mengajak anak dan istrinya turun dan mulai melangkah kerumah sambil tetap tidak melepaskan gandeng tangan mereka.

Akan tetapi baru tiga langkah mereka meninggalkan rumah pohon itu, Purna seperti mendengar dirinya disapa oleh seseorang dari arah rumah pohon.
“ Purnaaa.....”
Suara itu begitu dia kenal, suara orang yang selalu dia temani dalam setiap kegiatan bisnisnya.
Suara orang yang terakhir kali bersama dia saat kejadian mengerikan itu menimpa mereka.
Suara itu sangat lirih, seperti orang merintih...
“ Pak Hadi.......???” jawab Purna dalam hati.

Kamis, 27 September 2012

MISTERI SEMESTA - 3

MELUKIS AWAN ( 3 )

...Tiba tiba langkah mereka seperti terhenti oleh tembok yang tidak kasat mata, mereka bertiga hanya bisa menjulurkan kedua tangan mereka sambil berteriak memanggil nama orang orang terkasih mereka tanpa bisa bersuara...

Sementara Kristin dan Affa lerlelap dan memasuki alam mimpi mereka masing –masing, ditepi sebuah sungai kecil dengan batu-batunya yang terjal jauh dihutan yang lebat ,sesosok tubuh manusia tergeletak tidak sadarkan diri, pakaiannya robek-robek, tubuhnya penuh goresan luka dan bekas darah kering yang mewarnai baju membuat kondisinya bertambah sangat memprihatinkan, tapi terlihat masih ada tanda tanda bahwa dia masih bernapas. Kondisinya sangat lemah, nafasnya kadang kadang tersengal sengal seolah merasakan sesuatu jauh di alam bawah sadarnya.

Dia adalah Purna, dia merasa seolah olah sedang berjalan perlahan menuju rumahnya, dia melihat pemandangan indah didepan matanya, rumah mungilnya yang rindang dihiasi tanaman warna warni, dia juga melihat rumah pohon yang tidak asing lagi baginya, disana dia juga menyaksikan anak dan istri tercintanya sedang bermain bercengkrama ditaman. Akan tetapi ada yang janggal dari pemandangan itu, semua yang dilihatnya seolah berwarna putih, anak dan istrinya seolah tidak mengetahui kehadirannya, Purna ingin sekali berteriak menyapa keduanya , tapi seolah tidak ada yang bisa keluar dari mulutnya, suaranya seperti tidak didengar oleh keduanya. Purna hanya bisa berdiri ditengah-tengah gapura halaman rumahnya, air matanya menetes membasahi kedua pipinya sementara kedua kakinya tidak bisa melangkah masuk kehalaman rumahnya sendiri walupun dia sudah berusaha mengangkat kedua kakinya untuk berjalan menemui kedua kekasih hatinya itu.

Ditengah keputus asannya tiba tiba anak dan istrinya menoleh kearahnya, mereka merasa sangat bahagia melihat orang yang menjadi panutan mereka berdiri dihadapan mereka.
Kemudian merakapun berlari menghampiri Purna, akan tetapi tinggal satu langkah saja Affa dan Kristin mau memeluk Purna, tiba tiba langkah mereka seperti terhenti oleh tembok yang tidak kasat mata, kereka bertiga hanya bisa saling menjulurkan kedua tangan mereka sambil berteriak memanggil nama orang orang terkasih mereka tanpa bisa mengeluarkan suara.

Rupanya apa yang sedang dialami diluar alam bawah sadar Purna dialami pula oleh Affa dan Kristin didalam mimpi mereka malam itu. mereka terus berusaha sekuat tenaga untuk saling meraih tangan ketiganya, dengan berlinangan air mata dan teriakan tak bersuara.
Akhirnya dengan kekuatan cinta yang ada dihati mereka tangan Affa dan kristin berhasil meraih tangan Purna, kemudian merekapun berpelukan dengan sangat erat.
Tangis haru mewarnai pertemuan ketiganya.
Sementara itu dalam waktu yang bersamaan Kristin dan Affa tiba-tiba terbangun dari mimpi keduanya, sedangkan Purna seperti terhenyak dari hilang sadarnya, dia terbangun dan terduduk seolah ada kehidupan baru dalam dirinya.
“ Ayaaah...!!!!”,
Affa dan Kristin secara bersamaan langsung memanggil nama Purna
“ Affa... dik Krisss....!!!”
demikian pula Purna, seolah ada kekuatan batin yang menghubungkan hati mereka bertiga.
Didalam kamar itu Affa dan Kristin saling berpandangan, kemudian kristin langsung memeluk dengan sangat erat buah hatinya itu, mereka menangis bersamaan seolah merasakan keharuan yang mendalam begitu kedua ibu dan anak itu terjaga dari mimpi aneh mereka. Beberapa saat tangis mereka mulai mereda.
Kristin berusaha menenangkan buah hatinya itu, dia mendekap dan mengelus rambut putrinya dengan penuh kasih sayang sementara air matanya masih mengalir dipipinya yang putih itu.
“ Bobok lagi ya sayang....., Affa mimpi ayah ya...??”
“ He..emm, Affa kangen ayah maaa...“, sahut Affa dengan sesenggukan.
“ Iya, mama juga kangen ayah..., ya sdh semoga ayah sehat-sehat saja disana ya....”
“ Ayo kita bobok lagi sayang.....”
Sebentar kemudian Affa sdh tertidur lagi dipelukan ibundanya, sementara Kristin berusaha untuk tidur tapi tidak bisa memejamkan matanya, dia seolah mencari arti mimpi yang baru saja ia alami.

Ditepi sungai yang sangat gelap dan sepi itu Purna berusaha bangkit dari duduknya, tapi seolah tubuhnya masih terasa lemah, dia merasakan sakit disekujur tubuhnya, kemudian dia segera menepi dan kembali duduk untuk menenangkan dirinya. Purna berusaha mengingat ingat apa yang sebenarnya baru saja iya alami, mengapa dia bisa berada ditepi sungai yang sunyi sendirian. Matanya berusaha menyapu disekitar dia duduk, tidak ada siapa-siapa, hanya dia sendirian disitu, dan entah berapa lama dia berada disungai itu. Perlahan dia berusaha mengumpulkan sisa sisa ingatannya, sedikit demi sedikit dia mulai mengingat kejadian yang baru dia alami.

Waktu itu dia dan majikannya sedang naik mobil berdua, saat itu hari mulai menjelang malam, mereka berdua baru saja mengambil sampel barang yang akan mereka tawarkan kebeberapa supermarket besok harinya. Sebenarnya perjalanan mereka hanya tinggal melewati hutan itu sebelum mereka sampai kehotel tempat mereka menginap.Tidak ada perasaan apa-apa saat mereka melewati jalanan hutan yang lebat dan sepi itu, hanya satu dua mobil yang berpapasan dengan mereka, maklum hutan itu terkenal agak angker menurut cerita penduduk disekitar hutan, karena sering terjadi kecelakaan didaerah situ, tapi mereka tidak tahu apa yang dialami para pengemudi atau para pengendara motor sehingga sering terjadi kecelakaan tunggal disana. Mobil mereka berjalan dengan kecepatan tidak lebih dari 80 km/jam, selama diperjalanan mereka berdua hanya terdiam, mungkin karena merasa kelelahan setelah berbisnis seharian penuh. Setelah beberapa saat memasuki hutan , disebuah tikungan yang sepi merekla dikejutkan oleh sebuah mobil yang tiba-tiba sudah menghadang ditengah jalan. Karena kaget Purna langsung mengerem mobilnya dan banting setir kenanan dan berhenti dipinggir jalan.
“ Awas purna..!!!”, teriak majikannya...
Tapi blom sempat Purna menyadari apa yang terjadi dia dan majikannya dikejutkan oleh kedatangan empat orang bertubuh tegap dan dempal menuju kearah mereka.
“ Hati-hati Purna, kelihatannya mereka berniat tidak baik pada kita,..!! “
“ Iya pak..!!”, sahut Purna.
“ Ayo kita Pergi saja...!!” teriak majikannya dengan panik.
“ Iya...iya pak..! “, dengan gugup Purna berusaha menghidupkan mobilnya, tapi usahanya selalu gagal, mungkin karena mobilnya berhenti terlalu mendadak atau entah kenapa sehingga mobil itu tidak bisa dia jalankan dengan segera.
“ Aduh mogok bosss...!!!”
Mereka semakin panik, sementara orang orang itu semakin dekat kearah mereka.
“ Kita lari saja Pur...!!!”
Lalu tanpa menunggu aba aba lagi mereka berdua segera keluar dari mobil. Purna yang turun dari sebelah kanan mobil sama sekali tidak menyadari kalau mobilnya itu berhenti persis dipinggir jurang, mungkin karena keadaan begitu gelap dan sangat paniknya dia, Purna segera melompat menjauh, tapi kakinya tersandung batu dan tubuhnyapun langsung terjun bebas kejurang yang dalam itu.

Next...

...Samar-samar dikejauhan dia melihat sebuah mobil berjalan kearahnya, Purna lalu melambaikan tangannya, tapi tiba-tiba dia merasa tubuhnya sangat lemah, kepalanya terasa sangat pusing, matanya berkunang-kunang...

Sabtu, 22 September 2012

MISTERI SEMESTA - 2


MELUKIS AWAN ( 2 )

...Tiba tiba tanpa sengaja Kristin tersedak dan terbatuk batuk begitu mendengar jawaban dari putri nya yang masih polos, itu sampai sampai dekapannya hampir lepas dan Affa hampir saja terjatuh dari pangkuannya...

Malam itu sehabis maghrib seperti biasanya sesudah mengajari Affa membaca dan menulis Kristin mengajak buah hatinya duduk duduk diteras rumah sambil bercerita dan bercengkrama dengan sesekali mereka memakan kentang goreng yang menjadi kesukaan Affa, malam itu terasa begitu dingin tidak seperti biasanya, sampai sampai Affa minta duduk dipangkuan ibunya sembari memeluk lengan ibunya untuk dirapatkan ketubuhnya. Kristin mengusap rambut putri kecilnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Sejenak dia bertanya pada buah hatinya itu,
“ Affa kangen tidak sama ayah?...”
Lalu tanpa memandang kearah ibunya dengan lugu dan cuek Affa menjawab, “ Enggak.....!!”, dengan agak penasaran kemudian Kristin bertanya lagi sambil mencubit kecil lengan putrinya,
“ Affa, masa tidak kangen sama ayah??”,
Sambil meringgis lagi-lagi Affa menjawab,
“ Tidak ma....., aduh sakit lo...! masak aku sampai dicubit gini...?!”.
“ Mama lo kuangen banget sama ayah, masa Affa tidak kangen sama sekali  sama ayah...??!!
kembali Kristin ingin menyakinkan pendengaran atas apa yang dikatakan putrinya, lalu dengan perlahan dia bertanya,
“ kenapa kok Affa tidak kangen sama ayah...???”
“ karena tiap pagi aku selalu ketemu ayah ma...”

Tiba tiba tanpa sengaja Kristin tersedak dan terbatuk batuk begitu mendengar jawaban dari putri nya yang masih polos itu sampai sampai dekapannya hampir lepas dan Affa hampir saja terjatuh dari pangkuannya, tapi untunglah sikecil secara reflek mencengkeram lengan ibunya sehingga dia tidak jadi terjatuh.

“ kenapa ma...??” Affa bertanya pada ibunya.
“ tidak, tidak apa apa kok sayang, mama Cuma tersedak kentang goreng ini lo....” Kristin mencoba menenangkan dirinya dan segera meminun air putih yang sejak tadi belum diminumnya, beberapa saat Kristin terdiam, dipeluknya erat putri kecilnya seolah tidak ingin kehilangan buah hatinya itu. Pandangannya langsung tertuju kerumah pohon yang kelihatan cantik dimalam hari karena sengaja dipasang lampu warna warni oleh suaminya.
Tiba tiba kerinduan pada suaminya yang sempat menusuk hatinya pagi tadi kembali memenuhi ruang dihatinya yang tanpa terasa air matanya kembali menetes. Sementara itu Affa sudah mulai mengantuk karena merasa nyaman dipangkuan ibundanya dan sesekali kepalanya tergeleng tidak sengaja karena menahan kantuk yang mungkin sudah mulai merayapi dan memasuki ruang mimpinya.

Belum sampai lima menit Kristin terbuai dalam lamunannya dia dikejutkan oleh gumam Affa.
“ Yaaah, ayaaah.... cepat pulang ya..., yaah... ayaaaah....”,
Kelihatannya dia sedang bermimpi, dan langsung terbangun sebelum sempat Kristin membangunkan putrinya itu.
“ Maaaa, ayah datang....”,
Kristiani membalikkan tubuh putrinya menghadap dirinya seraya menatap tajam wajah gadis mungil didepannya dengan tatapan yang berkaca-kaca, bibirnya bergetar, sejenak dia tidak dapat mengucap sepatah katapun, dia kembali mendekap erat tubuh putrinya itu, sementara air matanya kini sudah tidak dapat terbendung lagi menahan keharuan. Affa yang merasakan kegelisahan ibundanya sampai ikut menangis seperti seorang anak yang ditinggal ibunya.

Keduanya menangis sambil berpelukan.
“ Maaa... affa kangen ayah....., kapan ayah pulang maaa....???”
“ Ayah kan lagi kerja nduk......, seminggu lagi pasti ayah sudah pulang.... dan kita bisa main bersama-sama lagi dirumah pohon Affa...”
“Kita masuk rumah saja ya... disini dingin sekali...!!”
Sambil menggendong Affa Kristin beranjak dari tempat duduknya, dia mencoba menenangkan putrinya itu sembari berjalan menuju dalam rumah. Tidak lupa dia menutup pintu rumah dan menguncinya dari dalam. Suasana hangat segera menyelimuti keduanya, begitu ibu dan anak itu sdh ada diruang tamu.
“ Kita bobok saja ya, besok kan Affa harus sekolah lagi....”,
“ Iya maaaa...”, jawab Affa sambil mengangguk.

Merekapun segera menuju kamar tidur. Kristin segera merebahkan putrinya itu diatas tempat tidur dan menyelimuti gadis kecilnya itu. Sementara dia juga merebahkan diri disamping putrinya, matamya masih tampak berkaca kaca, dia seperti melamun, pandangan matanya menyapu atap rumah seperti ingin mencari jawaban atas apa yang sesungguhnya sedang dialami oleh suaminya dirantauan. Surat terakhir suaminya baru dia terima empat hari yang lalu, padahal secara rutin sang suami selalu berkirim surat seminggu sekali. Kedua ibu dan anak itu masih saja belum bisa memejamkan matanya, seolah terbawa oleh lamunan masing masing.


Untuk beberapa saat keheningan  menyelimuti kamar tidur yang remang remang itu.
“ Affa tadi mimpi apa nduk..?? tanya Kristin memecah keheningan.
“ kenapa ma...?”, sahut Affa,
“ tidak apa-apa fa.... mama Cuma tanya saja..”
“ tadi ayah seperti pulang dari kerja, tapi tidak mau masuk ke halaman ma...., Cuma diam saja memandangi kita digapura rumah kita ma....”,
“terus....?!?” potong Kristin penasaran...
“ ayah minta kita gandeng  tangannya..., dan tadi affa sdh menggandeng tangan ayah lalu aku terbangun ma... “. Kristin hanya terdiam mendengar cerita anaknya yang masih polos itu, agak lega dia mendengarnya.
“ terus... katanya Affa tiap hari selalu ketemu ayah dirumah pohon, iya to.....??”
“ Iya maaaa..., tiap kali affa memandang matahari terbit, seolah wajah ayah keluar dari matahari itu, ayah selalu tersenyum pada affa..”
“ lalu....?!”, sahut Kristin
“ Affa pingin memegang wajah ayah, dan tiap kali affa menjulurkan jari affa ke awan, ayah selalu tersenyum ma....”
“ teruss...terus....!! ”, Kristin semakin penasaran
“ affa lalu  melukis awan dengan jari affa... eeee.... ayah malah tertawa ma....”
“ makanya affa seperti didatangi ayah tiap pagi dirumah pohon itu maa...”
“ Hemmm, ya sudah, mungkin ayah minta kita doakan semoga pekerjaanya lancar dan selalu sehat ”,
“ Iya ma....”,
kemudian mereka berdoa bersama, dan beberapa saat kemudian keduanya sdh tertidur dan memasuki mimipi indah mereka masing-masing.

Next...

...Tiba tiba langkah mereka seperti terhenti oleh tembok yang tidak kasat mata, kereka bertiga hanya bisa menjulurkan kedua tangan mereka sambil berteriak memanggil nama orang orang terkasih mereka tanpa suara...