Rabu, 22 November 2023

CERITA ANAK PANTAI

 


          Dering alarm menunjukkan pukul 02.00 WIB, dinginnya pagi masih terasa merasuk ubun ubun membuat mata seolah tidak mau untuk diajak bangun, tapi rencana menghabiskan liburan hari ini membuat kita harus bergegas menyiapkan segala sesuatunya. Sementara aku harus berusaha membangunkan si kecil dan kakaknya yang masih bermalas malasan diranjang sedangkan sang bunda sudah mulai menyiapkan semua bekal yang akan kita bawa nanti sepanjang perjalanan.

          Hari itu Minggu yang meski diguyur hujan rintik tapi terasa cerah di hati kami karena memang acara kita sudah tidak bisa ditawar lagi. Tepat pukul 04.30 sehabis subuh berangkatlah kita menyusuri jalan yang masih sepi dan basah karena rintik hujan yang terlihat malas untuk reda.

          Seperti biasanya tiap kali diajak rekreasi pasti sikecil yang paling semangat, duduk di deret kursi belang si Ame, sepanjang jalan seolah tidak pernah sepi oleh ocehan dan tawa riang keduanya, alunan music yang mengalun sepanjang jalan semakin membuat syahdu perjalanan itu.

          Hampir 1,5 jam menyusuri aspal perkotaan, tidak terasa sudah dua kota terlewati, Kediri dan Tulungagung, tapi hujan masih juga membuat basah jalan kami. Ketika melewati sebuah kelokan jalan yang mulai terlihat mulus dan baru, suasana pegunungan mulai terasa menentramkan.

Jalur Lintas Selatan atau JLS begitu orang orang menyebutnya, jalanan berkelok diantara tebing tebing bukit dan karang gunung yang dipahat membuat rasa ingin berlama lama untuk melewatinya.

Setiba ditujuan kami langsung menngelar sarapan diatas tikar diantara unit unit mobil Tua kita yang penuh cerita. Sederhana namun bahagia.

Pantai Gemah disini gulir laju ban mobil kita terhenti, diantara teduh pohon cemara dan siraman cahaya surya yang masih malu malu menampakan dirinya.

Hampir setengah hari kita menyusuri bibir  pantai, bercanda dengan asinnya air laut, serta barisan karang dan lembutnya pasir di pagi itu. Tiada kata yang pantas terucap, tiada kalimat yang bisa menggambarkan kecuali terciptanya sebuah puisi pujian atas ciptaan yang Maha Kuasa .

Dibibir pantai berpasir gelap
Cerita dimulai meski waktu masih asyik untuk terlelap
Debur ombak beriak seakan hendak menerkam ceria si anak pantai
Langit biru dan semburat surya seolah menjadi saksi cerahnya hati
Kaki mungil menapak tinggalkan jejak
Barisan hijau pinus mengombak ciptakan sajak.
Tuhan, meski waktu singkat terlewati
Disinilah kutahu arti syukur pada Illahi.