Hari itu Minggu yang meski diguyur hujan rintik tapi terasa
cerah di hati kami karena memang acara kita sudah tidak bisa ditawar lagi.
Tepat pukul 04.30 sehabis subuh berangkatlah kita menyusuri jalan yang masih
sepi dan basah karena rintik hujan yang terlihat malas untuk reda.
Seperti biasanya tiap kali diajak rekreasi pasti sikecil
yang paling semangat, duduk di deret kursi belang si Ame, sepanjang jalan
seolah tidak pernah sepi oleh ocehan dan tawa riang keduanya, alunan music yang
mengalun sepanjang jalan semakin membuat syahdu perjalanan itu.
Hampir 1,5 jam menyusuri aspal perkotaan, tidak terasa sudah
dua kota terlewati, Kediri dan Tulungagung, tapi hujan masih juga membuat basah
jalan kami. Ketika melewati sebuah kelokan jalan yang mulai terlihat mulus dan baru,
suasana pegunungan mulai terasa menentramkan.
Jalur Lintas Selatan atau JLS begitu orang orang
menyebutnya, jalanan berkelok diantara tebing tebing bukit dan karang gunung
yang dipahat membuat rasa ingin berlama lama untuk melewatinya.
Setiba ditujuan kami langsung menngelar sarapan diatas tikar
diantara unit unit mobil Tua kita yang penuh cerita. Sederhana namun bahagia.
Pantai Gemah disini gulir laju ban mobil kita terhenti,
diantara teduh pohon cemara dan siraman cahaya surya yang masih malu malu menampakan
dirinya.
Hampir setengah hari kita menyusuri bibir pantai, bercanda dengan asinnya air laut, serta
barisan karang dan lembutnya pasir di pagi itu. Tiada kata yang pantas terucap,
tiada kalimat yang bisa menggambarkan kecuali terciptanya sebuah puisi pujian
atas ciptaan yang Maha Kuasa .