MELUKIS AWAN ( 4 )
...Samar samar dikejauhan dia melihat
sebuah mobil berjalan kearahnya, Purna lalu melambaikan tangannya, tapi
tiba-tiba dia merasa tubuhnya sangat lemah, kepalanya terasa sangat pusing,
matanya berkunang-kunang...
“
Allohu Akbar...!!!”,
itulah
kata-kata yang sempat terucap dari mulut Purna, hingga dia menyadari kalau dia
sudah di pinggir sungai dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan. Rupanya
Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup.
Purna
yang mulai mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya juga majikannya
sejenak menarik nafas panjang.
“
Terimakasih Tuhan, Kau telah menyelamatkan nyawaku... Allohu Akbar...Allohu
Akbar...Allohu Akbar...”, Purna terus saja bertakbir karena merasa telah
selamat dari maut yang hampir saja merenggut nyawanya.
Hari
mulai terang, Purnapun mulai bisa melihat keadaan disekelilingnya dengan jelas.
Rupanya dia berada didasar sebuah jurang yang dalam, mungkin sekitar tigapuluh
meter tinggi tebing yang telah menjatuhkan tubuhnya hingga dia tidak sadarkan
diri.
Purna
mendongak keatas, tapi dia merasa yakin kalau dia bisa naik keatas karena
memang jurang itu tidak begitu curam dan banyak pohon-pohon kecil tumbuh
dipinggir-pinggir jurang yang bisa dia jadikan pegangan untuk naik sampai
kejalan raya lagi.
Beberapa
saat setelah berpikir cara dia supaya bisa naik keatas, wajah Purna tiba-tiba
menjadi pucat, dia teringat nasib majikannya pada malam itu bersamanya.
“ Pak
Hadi......, bagaimana keadaan dia dan dimana dia sekarang....”.
Purna
kemudian berusaha mencari disekitar tempatnya jatuh, tapi setelah beberapa lama
dia mencari dan tidak dapat menemukan majikannya, Purnapun memutuskan untuk
naik keatas jurang dengan sisa-sisa tenaganya. Dia menjadikan tanaman-tanaman
kecil yang ada didinding jurang sebagai pegangan, sementara kakinya berpijak
pada batu-batu yang licin karena basah oleh aliran air dari atas jurang,
beberapa kali dia terpeleset dari tempatnya berpijak, tapi Purna tidak putus
asa, dia terus memanjat didnding jurang itu.
Didalam
hati dia ingin segera menemukan majikannya, pulang kerumah dan bertemu
keluarganya.
Mungkin
hanya itulah yang membuat dia menjadi kuat saat ini. Purna dengan perlahan
namun pasti terus memanjat dinding jurang itu. Setelah hampir setengah jam dia
berusaha, akhirnya dia sampai juga dipinggir jurang dimana pada malam itu dia
dan majikannya mengalami kejadian yang menakutkan itu.
Namun
Purna tidak melihat siapapun disana, mobil atau majikannya juga tidak terlihat
sama sekali.
“ Ya
Alloh dimana pak Hadi...”, dalam hati Purna berkata.
“
Semoga saja beliau juga selamat.....”.
Lalu
sambil berusaha merapikan bajunya purnapun berjalan tertatih tatih menuju
pinggir jalan, sejenak dia menoleh kesekilingnya dan tetap saja tidak ada orang
disekitarnya.
Lalu
samar samar dikejauhan dia melihat sebuah mobil berjalan kearahnya, Purna lalu
melambaikan tangannya, tapi tiba-tiba dia merasa tubuhnya sangat lemah,
kepalanya terasa sangat pusing, matanya berkunang-kunang, lalu diapun tidak sadarkan
diri.
......
“
Yaaah.....Ayaaah.....”
“ Mas
Pur....... bangun mass.....”
“
Ayaaahhhh....., Affa kangen ayah.... bangun yah...”
Sayup
sayup purna mendengar suara orang memanggilnya, suara yang sangat akrab
ditelinganya, dia juga merasa tubuhnya seperti ada yang memeluknya dengan
lembut.
Dengan
pelahan Purna berusaha membuka matanya, dia melihat dua orang buah hatinya,
anak yang dia sayangi dan istri yang selalu ia rindukan tersenyum
memandanginya, air mata mereka tak kuasa tertumpahkan menahan keharuan saat
itu. Purna lalu bangkit dari tidurnya yang langsung disambut oleh pelukan anak
dan istrinya.
“
Affa...”, “ dik Kriss...”,
Mereka
bertiga berpelukan sangat erat seolah tidak mau ditinggal kan satu sama lain.
Mereka sama sekali tidak menghiraukan kondisi disekelilingnya.
“
Dimana ini...?” Purna bertanya lirih.
“ Ini
dirumah sakit yah...”, Kristin menjawab dengan lembut seraya membelai rambut
suaminya.
“
Ohh.....”, Purnapun lalu melihat di sekelilingnya, disana sudah ada beberapa
orang yang menunggu dan melihatnya dengan mata berkaca-kaca karena ikut terbawa
keharuan pertemuan suami istri dan anak tersebut.
“ Siapa
mereka dik Kris..??”, Purna bertanya lirih..
“ Dia
pak Anton dan keluarganya mas Pur, Mereka yang menemukan mas Pur pingsan dipinggir
jalan..”.
“
Terima kasih pak....”, Purna menyapa mereka,
“ Iya,
sama-sama....”, balas pak Anton yang kemudian berjalan kearah Purna dan
menjabat tangan Purna sembari menepuk pundaknya.
“ Sebenarnya apa yang ayah alami
hingga seperti ini..?”, Tanya Kristin
“ Panjang ceritanya dik Kriss…”.
Lalu Purnapun mulai menceritakan
kejadia mengerikan yang menimpa diri dan majikannya.
Semua yang ada diruangan itu hanya
bias diam membisu seolah merasakan ketakutan seperti yang dialami Purna.
Sesekali Kristin membelai lengan
suaminya karena ikut terbawa kengerian peristiwa malam itu.
Air mata mereka tak bias terbendung
mendengar penuturan Purna, suasana haru menyelimuti ruangan itu. Mereka semua
merasa besyukur karena masih diberi kesempatan untuk berkumpul dengan orang-orang
terkasih mereka.
Hampir
satu minggu Purna dirawat dirumah sakit, dia ditemani oleh anak dan istrinya
yang setia, hatinya merasa bahagia bisa bersama lagi dengan keluarganya.
Besok paginya
Purna sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, setelah mengemasi
barang-barangnya merekapun pulang meninggalkan rumah sakit ditemani oleh pak
Anton dan keluarganya.
Diperjalan
Purna hanya terdiam dan sesekali bercengkrama dengan anak dan istrinya.
Setelah
hampir satu jam diperjalan mobil mereka berhenti didepan sebuah rumah yang
sangat asri, sebuah rumah dengan taman indah dan sebuah rumah pohon disudut
kanan taman.
Begitu
turun dari mobil Purna langsung mengenali rumah itu, rumah yang telah ia
tinggalkan hampir satu tahun lamanya.
Sambil
bergandengan tangan keluarga kecil itu segera memasuki halaman rumah yang
selama ini menjadi istana mereka bertiga.
Singkat
cerita keesokan paginya Purna, Kristin dan Affa duduk duduk diatas rumah pohon
mereka sambil menikmati indahnya matahari terbit, hangat mentari menambah
bahagia ketiganya.
Affa
lalu menjulurkan tangannya yang mungil kearah matahari terbit.
“ Affa
lagi apa dik....?”’ tanya Purna pada putrinya
“ Affa
lagi menyelesaikan lukisan awan affa yah....”
“ emang
Affa sedang melukis apa?”
“ Affa
melukis kita diawan itu yah...”
Karena
merasa penasaran sambil memeluk putrinya, Kristin dan Purna melihat kearah
indahnya matahari terbit, dan benar sebuah pemandangan indah terpampang
dihadapan mereka, gumpalan awan putih seolah olah membentuk mereka bertiga yang
seakan sedang berpelukan.
Ketiganya
sangat bahagia, tertawa bersenda gurau dan menghabiskan waktu seharian dirumah
pohon mereka.
Tak
terasa matahari mulai tenggelam, Purna mengajak anak dan istrinya turun dan
mulai melangkah kerumah sambil tetap tidak melepaskan gandeng tangan mereka.
Akan
tetapi baru tiga langkah mereka meninggalkan rumah pohon itu, Purna seperti
mendengar dirinya disapa oleh seseorang dari arah rumah pohon.
“
Purnaaa.....”
Suara
itu begitu dia kenal, suara orang yang selalu dia temani dalam setiap kegiatan
bisnisnya.
Suara
orang yang terakhir kali bersama dia saat kejadian mengerikan itu menimpa
mereka.
Suara
itu sangat lirih, seperti orang merintih...
“ Pak
Hadi.......???” jawab Purna dalam hati.