Jumat, 21 September 2012

MISTERI SEMESTA-1


MELUKIS AWAN ( 1 )

“....Tapi baru saja tiga langkah dia beranjak dari tempatnya memandangi keatas rumah pohon, seolah olah dia mendengar suara seseorang menyapanya dengan lembut. Suara itu begitu dikenalnya, begitu lembut...”


“ Melukis awan ma...!!”, itulah kata kata yang terucap tiap kali Affa, bocah kecil mungil dengan paras imut yang selalu tersenyum  setengah tertawa tiap kali Kristin ibunya menanyakan aktifitasnya diatas sebuah rumah pohon disamping depan sebelah kanan pojok rumahnya. Sebuah bangunan rumah kayu mungil  diatas sebuah pohon jambu biji  yang mungkin umurnya sudah puluhan tahun dan terasa begitu rindang dan sejuk karena batang batangnya yang kekar serta daunnya yang rimbun seolah tidak pernah rontok. Sebuah rumah pohon yang dibuat ayahnya semasa Affa masih didalam kandungan ibunya, mungkin karena sang ayah pernah berjanji bahwa kalau istrinya hamil dia akan membuat hadiah buat calon anaknya juga sang istri tercinta. Merekapun sering menghabiskan waktu bersama hanya sekedar menikmati indahnya matahari terbit dan saat matahari terbenam sambil makan-makan dan bersendau gurau. Sungguh keluarga kecil yang sangat bahagia.

Affa baru menginjak 5 tahun,  tapi lesung pipit dan tawa genitnya menunjukkan bahwa dia sangat menikmati sekali istana mungilnya yang selalu dia sempatkan singgahi tiap kali mau berangkat sekolah walau hanya 5 menit, hanya sekedar menjulurkan lengan kanannya  yang mungil sembari menegakkan jari telunjuknya kearah matahari terbit seraya memutar mutar atau bahkan menggerakkan tidak beraturan dan entah apa yang dia pikirkan saat itu, atau seperti ada yang dia lihat disana tapi dia selalu tersenyum seolah puas tentang apa yang telah dia kerjakan. Beberapa saat kemudian dia turun  dengan lincahnya menuruni tangga yang terbuat dari potongan batang pohon , ada sekitar 11 anak tangga, cukup tinggi memang untuk anak seumuran Affa, dia kemudian menghapiri ibunya yang telah menunggunya dibawah rumah pohonnya, memeluknya, kemudian mengucap salam sambil mencium telapak tangan kanan ibunya,
“ Assalamu’alaikum....”.
Wa’alaikumsalam.... belajar yang pinter ya... nduk...”, balas Kristin sembari mencium pipi kanan pipi kiri dan kening buah hatinya. Sekejap kemudian Affa sudah berlari kecil menuju sekolahnya yang tidak jauh dari rumahnya. Kristin hanya bisa tersenyum bangga pada putri kecilnya yang sejenak kemudian hilang dari pandangannya begitu Affa berbelok memasuki halaman sekolahnya.

Ada sedikit perasaan khawatir dihati Kristin melihat tingkah laku anak semata wayangnya itu sejak sang ayah berangkat ke luar kota untuk menemani usaha majikannya. Begitu Affa sudah tidak tampak dari pandangannya dia sesekali mendongak keatas kearah dimana Affa menudingkan jari jari lentiknya kelangit.
 “ Ah... Affa...Affa...., ada ada saja..”, begitu gumam Kristiani sambil berlalu.
 Tapi baru saja tiga langkah dia beranjak dari tempatnya memandangi keatas rumah pohon, seolah olah dia mendengar suara seseorang menyapanya dengan lembut. Suara itu begitu dikenalnya, begitu lembut... dan suara itu selalu didengarnya setiap kali suaminya tercinta pulang dari kerjanya,
“ yaaaank....”.
Sejenak Kristin berhenti melangkah dan mencoba mencari asal suara yang sangat akrab ditelinganya itu, akan tetapi dia masih ragu apa benar itu suara suaminya tercinta atau hanya suara suara liar yang secara tidak sengaja terbawa angin dan sampai ditelinganya.
“ Mas Pur....?!”, seolah ingin meyakinkan dirinya kristiani berusaha memjawab sapaan yang entah darimana asalnya itu..., sepi.... hanya bunyi gerisik atap rumbia dan derit ranting pohon jambu yang dia dengar dari atas rumah pohon anaknya, dan suara suara riuh anak TK dimana Affa sekolah yang sayup-sayup terdengar sampai kerumahnya.
“ Yaaahh....?!”
sekali lagi Kristiani  agak keras menyapa, tapi tetap saja dia tidak melihat ada tanda tanda orang disekitarnya, yang terlihat hanyalah hijau daun dan bunga-bunga tanaman hias yang mempercantik halaman rumah kecil ukuran 6x6 meter itu.

Rumah itu seolah bagaikan istana bagi keluarga kecil bahagia ini tiap sore mereka selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dan merawat bunga bunga ditaman itu. Ada deretan bunga eporbia yang menghiasi jalan kecil dari pagar luar rumah menuju taman, sementara diteras rumah dipasang bunga gelombang cinta yang menghijau dengan pot-potnya yang besar menambah sejuk suasana rumah mereka, belum lagi bunga-bunga dalam pot yang sengaja dipasang ayah Affa bergantungan di atap teras rumah, semakin menambah asri rumah mereka.
 “ Hemmmm...., Ah mungkin aku salah dengar..... mas Pur kan lagi tugas ke keluar kota.”
Kristin pun beranjak pergi menuju rumah.

Didalam rumah Kristin berhenti sejenak memandangi lukisan foto keluarganya yang terpasang apik ditembok ruang tamu ukuran 3x3 meter itu. Ada perasaan aneh yang timbul saat dia memandangi lukisan mereka bertiga, Tiba tiba kristin merasa begitu kangen kepada suaminya, senyuman suaminya didalam lukisan itu seolah olah begitu hidupnya, beberapa saat dia mulai terbawa emosi hatinya, tanpa terasa air mata menetes dari sudut matanya dan membasahi wajahnya yang ayu itu. Sebenarnya masih  satu minggu lagi suaminya akan datang setelah selesai melaksanakan tugasnya. Perlahan sambil mengusap air mata dipipinya dia mendekati lukisan ditembok dan membelai pelahan wajah suami tercintanya, kemudian diapun melangkah kedapur meneruskan kegiatannya memasak untuk makan siang buah hatinya sepulang sekolah nanti.

Next......

...Tiba tiba tanpa sengaja Kristin tersedak dan terbatuk batuk begitu mendengar jawaban dari putri nya yang masih polos itu sampai sampai dekapannya hampir lepas dan Affa hampir saja terjatuh dari pangkuannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar